"It's the most inspiring story you could ever read. Gambaru", she said.
I began to read it with yawn and think what kind of boring story she gave to me, well let's see. It's a story about, I don't know, a student or an Indonesian who lived there or something. Dia bilang orang-orang Jepang ini mungkin gila, karena mereka selalu menekankan yang namanya 'gambaru', yang artinya tetap semangat walau apapun yang terjadi berjuang terus sampai titik darah penghabisan or yeah... Something like that. Pokoknya orang-orang disana, apapun profesinya dan berapapun umurnya, mereka selalu mengatakan dan menekankan 'gambaru'. Bahkan anak-anak kecil disana udah harus gambaru, kayak pake baju tipis-tipis waktu udara lagi dingin separah-parahnya, gak pake kaos kaki dirumah padahal udara lagi dingin karena bagus untuk kesehatan.
But then she realized how much 'gambaru' mean, when the quake and tsunami attacked the east-side of Japan. Tsunami kali ini adalah tsunami terparah di dunia! Tapi Jepang gak menye-menye. Pasca bencana pemerintah menghimbau warga untuk menghemat listrik supaya warga di Tohoku dan Tokyo gak mati lampu terus, tips-tips menghadapi bencana alam, nomor telepon call center bencana alam selama 24 jam, potret warga yang saling menyemangati. Jarang banget ada berita yang isinya dompet amal untuk korban bencana, atau ratapan-ratapan korban dengan backsound menye-menye mungkin. Bahkan headline berita soal Jepang di stasiun tv Indonesia itu: Belajar Dari Jepang. Bukan "Jepang Menangis" seperti yang mungkin banyak orang pikir sebelumnya, termasuk gue.
So this is the point, inilah manfaatnya, mereka menekankan 'gambaru' sehingga ketika mereka dilanda bencana kayak gini, mereka gak down terus-menerus, meratapi nasib keluarganya yang hilang terus-menerus. Kalo kehilangan anggota keluarga, ya mereka nyari, gak diem nangis-nangis jadi stress gitu aja. Belum lagi soal beberapa orang karyawan yang tetap bekerja di PLTN yang sempat meledak di Jepang akibat gempa dan tsunami. Udah kayak misi bunuh diri, mereka tetep kerja dengan tingkat radiasi yang sangat berbahaya dengan rela, untuk menyelamatkan jutaan warga Jepang yang lain yang kalo kondisi PLTN tambah parah maka akan lebih banyak lagi korban dari radiasi ini. Bayangin! Remaja-remaja jaman sekarang, mati lampu aja udah kayak kehilangan mobil. Mereka disana berapa minggu hidup tanpa listrik, setelah tertimpa bencana besar, ledakan nuklir pula, anggota keluarganya hilang pula, tetep bisa survive hanya dengan lilin dan sepucuk harapan. Aduh.
Mungkin karena 'gambaru' ini juga kenapa jumlah warga yang survive itungannya banyak untuk bencana yang separah ini. Jadi selagi masih bisa memperjuangkan hidup, kenapa nggak terus berjuang sampe persen kemungkinannya nol? Dan inilah kenapa gue pengen belajar di Jepang, belajar cara hidup mereka yang gila sampe bisa bikin salut orang sedunia. Gambaru!
P.S. I just summarized it from the true story but I don't know exactly how to get thru the certain link. Maybe you can just google it.
No comments:
Post a Comment